Review Penanganan Pasca Panen Produk Hortikultura
Dalam agribisnis hortikultura, produk hortikultura yang dipasarkan diusahakan tidak jauh berbeda kondisinya seperti saat panen.
Namun di lapangan banyak ditemukan kerusakan yang terjadi setelah panen sehingga memengaruhi kualitas dan harga jual.
Hal tersebut menjadi alasan betapa pentingnya tindakan penanganan pasca panen produk dilakukan.
Terdapat beberapa kegiatan penanganan pasca panen yang dapat diterapkan pada produk hortikultura.
Penentuan Kelas Produk Hortikultura (Grading)
Pelaksanaan grading atau penentuan kelas pada produk hortikultura dilator belakangi oleh tingginya keragaman mutu, kondisi, dan kenampakan saat dipanen.
Keragaman ini mengakibatkan tingginya keragaman tingkat harga pada suatu produk hortikultura.
Oleh karenanya, grading perlu dilakukan untuk membuat transaksi pemasaran produk hortikultura menjadi lebih efisien.
Grading dilakukan dengan memisah-misahkan produk hortikultura ke dalam kelas-kelas tertentu sehingga penjual dan pembeli tidak perlu memeriksa produk satu per satu.
Untuk tujuan grading adalah untuk konsolidasi dengan cara menghilangkan perbedaan yang mencolok yang harus dihindari.
Alasan kenapa perbedaan tersebut harus dihindari karena produk yang lebih mencolok dari yang lain ini dapat memengaruhi penilaian produk keseluruhan.
Contohnya dalam satu kemasan tomat ditemukan tomat yang ukurannya lebih kecil dari tomat lain, ini akan menimbulkan asumsi negatif terhadap seluruh tomat dalam kemasan.
Beberapa faktor yang menjadi dasar pertimbangan konsolidasi dalam grading antara lain :
- Ukuran : mengelompokkan produk yang berdasarkan ukuran tertentu seperti kecil, besar, dan menengah
- Kenampakan : memisahkan produk-produk dengan dasar penampakannya seperti warna dan bentuk
- Keutuhan : mengkelaskan produk berdasarkan tingkat kecacatannya
- Mutu : pengkelasan produk dengan metode yang objektif seperti perbandingan gula dan asam pada jeruk, kandungan lemak pada alpukat, tingkat kekerasan pada tomat, dan sebagainya
- Kultivar : meliputi berat, diameter, panjang tangkai, dan sebagainya
Pengemasan Produk Hortikultura
Kemasan merupakan wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu produk yang dilengkapi dengan informasi yang perlu disampaikan seperti keterangan tertentu.
Pengemasan pada produk hortikultura akan memberikan perlindungan, memudahkan penanganan, dan memberikan nilai tambah serta meningkatkan daya tarik.
Kemasan produk hortikultura yang ideal tidak membutuhkan banyak ruang, ringan namun kokoh sehingga dapat melindungi dari gangguan fisik.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan pada wadah yang akan menjadi kemasan produk hortikultura adalah sifat keporian.
Dengan adanya sifat keporian yang baik dapat menunjang pertukaran udara dan menekan laju respirasi sehingga meminimalisir peluang munculnya penyakit.
Pengemasan Buah-Buahan
Pengemasan produk hortikultura jenis buah-buahan dibagi menjadi beberapa kelompok yang didasarkan pada ukurannya yang terdiri dari :
- Buah-buahan berukuran besar : pada umumnya buah berukuran besar seperti pepaya, melon, dan semangka tidak dikemas. Meskipun demikian, dalam penyimpanan dan pengangkutannya dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi kerusakan.
- Buah-buahan berukuran sedang : pengemasan dilakukan menggunakan bahan kardus berventilasi dan bila perlu dilengkapi dengan sekat antar buah agar tidak bebas bergerak saat terguncang. Contohnya buah alpukat,apel, dan jeruk.
- Buah-buahan berukuran kecil : contohnya buah anggur, duku, dan kelengkeng. Pengemasannya dilakukan secara langsung tanpa bersekat.
Pengemasan Sayur-Sayuran
Berbeda dengan buah-buahan, pengemasan sayur-sayuran tidak dianjurkan menggunakan kotak berbahan kardus atau kertas.
Hal ini dikarenakan produk hortikultura sayur-sayuran memiliki laju transpirasi yang lebih tinggi daripada buah-buahan.
Untuk sayur-sayuran biasanya dikemas dengan kotak Styrofoam yang memiliki ventilasi udara memadai seperti berbentuk lobang-lobang.
Pengemasan Tanaman Hias
Lain halnya dengan buah dan sayuran, tanaman hias seperti bunga potong memerlukan perlakuan lebih khusus dalam pengemasannya.
Tujuannya untuk mempertahankan kondisi bunga tetap prima dan tidak berbeda jauh dengan kondisi saat masih di tanaman induk.
Biasanya tangkai bunga disusun tegak dalam kemasan Styrofoam dan diberikan jarak antar bunga agar tidak saling bergesekan.
Pengangkutan Produk Hortikultura
Pengangkutan bertujuan untuk memastikan produk hortikultura sampai ke tangan konsumen dengan keadaan yang baik.
Untuk jarak yang jauh, pengangkutan dapat dilakukan menggunakan pesawat terbang guna menjamin produk sampai tanpa memakan banyak waktu.
Sedangkan pengangkutan pada jarak dekat dapat dilakukan menggunakan truk atau mobil pick-up, sepeda motor, dan pikulan.
Pengangkutan yang cepat dapat membuat produk hortikultura sampai dalam keadaan segar dan membuat harganya tetap tinggi.
Selain itu, pengangkutan yang baik juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan konsumen terhadap penjual produk hortikultura karena ketersediaannya yang cepat dan tepat waktu.
Masalah pengangkutan seringkali dihadapi oleh petani atau pelaku usahatani dengan skala kecil adalah ketersediaan kendaraan angkutan yang terbatas.
Hal ini tak jarang mengakibatkan produk hortikultura yang telah dikemas tertunda pengangkutannya selama beberapa hari.
Dan pada akhirnya, produk tersebut menurun kualitas dan kesegarannya sehingga juga menurunkan harga jualnya.
Penyimpanan Produk Hortikultura
Penyimpanan merupakan aktivitas mempertahankan produk hortikultura dari bahaya yang berasal dari luar seperti lingkungan sejak dipanen sampai saatnya digunakan.
Kegiatan penyimpanan dilakukan karena produk hortikultura bersifat musiman namun permintaannya selalu ada setiap waktu.
Oleh karena latar belakang tersebut penyimpanan dilakukan guna menjamin pasokan produk hortikultura di masa yang akan datang.
Dalam pelaksanaannya ada berbagai metode penyimpanan yang dapat dilakukan untuk mencegah pembusukan dan menghambat penurunan kualitas.
Metode penyimpanan yang diterapkan terhadap suatu produk hortikultura dapat didasari atas jenisnya, waktu, dan kegunaannya.
Terlepas dari itu, inti dari penyimpanan adalah mengusahakan produk masih dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan yang layak.
Pada produk hortikultura jenis buah-buahan, buah klimaterik seperti jambu dan jeruk dipetik saat matang di pohon.
Sedangkan pada buah nonklimaterik seperti pisang dan pepaya biasanya pematangan dilakukan dalam penyimpanan atau dipetik sebelum matang.
Proses pematangan dalam penyimpanan bisa dilakukan dengan cara pemeraman. Contohnya pada pisang, alpukat, dan sawo.
Persiapan Pemasaran Produk Hortikultura
Nilai tambah dari produk hortikultura dapat ditingkatkan dengan memberikan berbagai perlakuan sebelum dipasarkan.
Contoh sederhananya seperti membersihkan produk dari kotoran yang masih melekat dengan cara dicuci atau memotong bagian yang cacat.
Kemudian ada juga perlakuan khusus yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu, utilitas dan daya tarik produk.
Produk umbi-umbian seperti ubi jalar, kentang, dan bawang merah masa simpannya dapat ditingkatkan dengan pemberian suhu dan kelembaban udara tertentu yang disebut dengan curing.
Perlakuan curing mampu menekan laju pembusukan produk karena memberikan keadaan yang kurang kondusif bagi perkembangan mikroorganisme patogen.
Kemudian pada tanaman hias yang perlu diperhatikan adalah kesegarannya, dan untuk mempertahankannya ada banyak cara.
Misalnya pada bunga potong, tangkainya dapat direndam di dalam larutan pengawet untuk menjaga kesegarannya.
Perlakuan Yang Dapat Diterapkan Untuk Mempertahankan Mutu Produk Hortikultura
Penurunan mutu produk hortikultura merupakan permasalahan pasca panen yang perlu diperhatikan dengan serius.
Masalah ini terjadi karena produk hortikultura seperti buah dan sayuran masih memiliki sel-sel hidup yang melakukan metabolisme walaupun sudah dipanen.
Terdapat dua perlakuan yang umum diaplikasikan pada sayur dan buah-buahan untuk mempertahankan mutunya, yaitu :
Pelapisan Lilin
Laju transpirasi pada buah dan sayur pasca panen dapat ditekan dengan menutup pori-pori yang ada di permukaannya.
Salah satu cara untuk menutup pori-pori tersebut agar produk tidak cepat keriput adalah dengan melapisinya menggunakan lilin.
Selain menekan laju transpirasi, pelapisan lilin juga dapat mempertahankan produk untuk tetap dalam kondisi puncak atau optimal hingga sampai ke konsumen.
Pelapisan menggunakan lilin hanya dapat diterapkan pada produk hortikultura berjenis buah-buahan.
Jenis lilin yang biasanya digunakan adalah lilin Carnauba dan lilin lebah. Jenis lilin ini disesuaikan dengan buah yang akan dilapisi.
Penyimpanan Suhu Rendah
Penyimpanan produk hortikultura di suhu yang rendah (sekitar 4 derajat Celsius) dapat menekan laju respirasi hingga titik minimum.
Berbeda dengan pelapisan menggunakan lilin, perlakuan ini dapat diterapkan pada buah-buahan, sayur-sayuran, dan juga tanaman hias.
Meskipun demikian, sayuran daun dan buah berkulit lunak sangat jarang disimpan di ruangan bersuhu rendah.
Dengan perlakuan penyimpanan suhu rendah, ketersediaan produk hortikultura seperti buah dapat lebih terjamin meskipun di luar musimnya.
Contohnya buah apel yang disimpan di suhu rendah dapat bertahan selama 6 hingga 12 bulan sejak dipanen dari pohon.
Kesimpulan
Penanganan pasca panen produk hortikultura terdiri dari grading, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, dan persiapan untuk pemasaran.
Mutu dari produk hortikultura dapat menurun karena adanya aktivitas metabolisme oleh sel-sel yang masih hidup di dalamnya.
Untuk mengatasinya, dapat diterapkan berbagai perlakuan seperti pelapisan menggunakan lilin dan penyimpanan di suhu rendah.
Saran
Dalam melakukan pengemasan, jenis wadah yang menjadi kemasan perlu disesuaikan dengan jenis produk hortikultura yang akan dikemas.
Kemudian untuk pengangkutan, disarankan menggunakan kemasan selain kemasan primer untuk melindungi produk dari guncangan.
Selanjutnya pada penyimpanan produk hortikultura pilihlah ruangan dengan kondisi yang dapat menghambat pembusukan akibat mikroorganisme.
Post a Comment