Review Panen Produk Hortikultura Dan Fisiologi Pasca Panen
Dalam produksi komoditi hortikultura, kegiatan pemanenan merupakan salah satu hal yang sangat penting.
Pemanenan yang dilakukan secara tepat juga dapat meningkatkan nilai jual produk hortikultura ketika pemasaran.
Oleh karenanya penting untuk melakukan pemanenan yang baik serta penanganan perubahan produk setelah panen.
Pengertian Pemanenan
Pemanenan adalah tindakan memisahkan bagian tanaman hortikultura yang bernilai ekonomis dari tanaman induknya.
Salah satu contoh sederhananya ialah pada tanaman buah dimana yang dipanen atau dipisahkan adalah buahnya.
Pada tanaman sayuran bagian yang dipanen dapat berupa akar, batang, daun, dan lain sebagainya.
Kemudian untuk tanaman hias, bagian tanaman yang dipisahkan antara lain bunga yang disertai dengan tangkai atau daunnya.
Kegiatan pemanenan menjadi upaya yang dapat dilakukan untuk menghasilkan produk hortikultura yang sesuai dengan permintaan pasar.
Penurunan kualitas dan jumlah hasil panen dapat disebabkan oleh organisme hidup yang melakukan metabolisme secara aktif.
Mutu dari produk hortikultura dipengaruhi oleh penentuan saat panen, cara panen, dan penanganan saat pengangkutan dan penyimpanan.
Untuk menjaga mutu produk tetap terjaga, dapat dilakukan upaya menciptakan lingkungan yang kondusif.
Penentuan Waktu Panen Produk Dan Tanaman Hortikultura
Jumlah dan kualitas hasil panen hortikultura sangat ditentukan oleh tingkat kematangan buah saat panen.
Tanaman buah klimaterik (contoh : pisang dan pepaya) dapat dipanen sebelum matang secara fisiologis.
Hal tersebut dikarenakan buah klimaterik tersebut dapat dikonsumsi dalam kondisi matang fisiologis dengan cara diperam beberapa hari terlebih dahulu.
Disisi lain, tanaman buah non-klimaterik (contoh : durian, jeruk, mangga) tidak bisa diperam sehingga harus dipanen saat matang fisiologis.
Permintaan pasar, tenaga, dan biaya merupakan beberapa faktor yang dapat memengaruhi penentuan ketika panen.
Oleh karenanya perlu manajemen yang baik dalam pemanenan tanaman hortikultura agar dapat mengefisiensikan biaya produksi.
Waktu panen ditentukan oleh varietas tanman, hari tanam atau hari berbunga, dan keadaan lingkungan selama budidaya.
Tingkat kekerasan buah, warna, dan kandungan karbohidrat dalam buah dapat dijadikan indikator penentuan waktu panen.
Dengan menentukan kematangan buah secara tepat, penurunan kualitas buah hasil panen dapat diminimalisir.
Buah yang dipanen sebelum matang fisiologis cenderung turun kualitasnya dan ukurannya lebih kecil dari semestinya.
Sedangkan jika buah terlalu lama dipanen maka jaringan daging buahnya menjadi lebih lunak sehingga lebih cepat busuk.
Teknik Pemanenan Produk Dan Tanaman Hortikultura
Teknik pemanenan yang tepat dapat mengendalikan kememaran dan tingkat perlukaan dari buah tanaman hortikultura.
Umumnya pemanenan dilakukan secara manual dengan memotong tangkai buah menggunakan gunting pangkas atau pisau.
Selain manual, terdapat pula teknik memanen buah secara mekanik dengan menggunakan bantuan alat seperti mesin.
Namun pemanenan secara mekanik memiliki hambatan pada ketidakserasian morfologi buah dan ketidakseragaman kematangan buah.
Alhasil pemanenan secara manual dinilai lebih efektif untuk dilakukan karena hanya buah yang memenuhi kriteria yang akan dipanen.
Selain itu dengan teknik panen manual penanganan buah akan lebih terkendali karena ditangani secara satu per satu.
Selanjutnya terdapat teknik pemanenan semimekanik. Beberapa negara maju yang telah melakukan budidaya monokultur telah menerapkannya.
Contohnya pemanenan mangga dimana terdapat kendaraan yang dilengkapi beberapa tempat untuk pemanen buah berdiri.
Pemanenan dengan menggoyangkan pohon atau dahan bisa merusak struktur tanaman dan berpotensi membuat dahan patah.
Pemanenan dalam hortikultura disarankan memakai alat pemotong seperti gunting pangkas atau pisau yang tajam.
Apabila letak buah berada di dahan yang tinggi, disarankan untuk memakai tangga untuk menjangkau buah yang akan dipanen.
Ragam Perubahan Produk Hortikultura Setelah Pemanenan
Tujuan penggunaan produk hortikultura memilik hubungan terhadap mutu produk hortikultura.
Hal tersebut membuat fakta bahwa kondisi produk yang bagus mencerminkan mutu yang tinggi menjadi tidak sepenuhnya benar.
Penampakan produk seperti warna, bentuk, dan ukuran tidak selalu menggambarkan mutu yang diharapkan.
Berikut ini adalah beberapa perubahan fisiologis dan biokimia yang dapat terjadi pada produk hortikultura setelah dipanen.
- Kehilangan Air : terjadi perubahan tekstur, kisut, berkurangnya berat, dan tampilan produk menjadi kurang menarik
- Konversi Karbohidrat : terbagi menjadi dua proses enzimatik yaitu pengubahan gula ke pati dan gula ke pati
- Perubahan Rasa : merupakan proses enzimatik yang dapat merugikan beberapa buah namun juga dapat menguntungkan
- Pelunakan Tekstur : terjadi proses evaporasi, enzimatik, dan transpirasi yang umumnya merugikan
- Perubahan Warna : terjadi perombakan dan/atau pembentukan pigmen yang dapat menguntungkan dan merugikan
- Liat : terjadi pembentukan serat yang dapat merugikan beberapa produk seperti toge, selada, dan seledri
- Muncul Tunas atau Akar : merupakan perubahan yang terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan tanaman
- Rusak atau Membusuk : terjadinya proses perubahan fisiologis dan patologis yang merugikan produk hortikultura
Beberapa proses perubahan di atas dapat menurunkan kualitas hingga harga jual dari produk hortikultura.
Hal tersebut dikarenakan dalam pemasaran produk hortikultura harus diupayakan kondisinya tidak jauh berbeda dengan saat dipanen.
Perubahan Fisiologis Dan Morfologis Produk Hortikultura
Selama proses pematangan buah akan terjadi peningkatan kadar bahan pektin dan menyebabkan buah lebih lunak.
Pektin yang terlarut dalam buah dapat memengaruhi berbagai sifat dinding sel yang berimbas pada integritas struktur buah.
Jika buah berada di tempat dengan suhu di atas suhu normal, maka proses pelunakan buah ini akan menjadi lebih cepat.
Indeks kualitas buah produk hortikultura merupakan perbandingan kadar padatan terlarut dengan kadar asam.
Kadar asam organik dalam buah biasanya akan berkurang karena dikonversi menjadi gula ketika proses pematangan.
Proses pematangan buah akan berlangsung lebih cepat apabila laju respirasi klimaterik meningkat.
Kontribusi Etilen Dalam Proses Pematangan Buah
Etilen merupakan salah satu jenis gas yang memiliki peran penting saat proses pematangan buah.
Beberapa peneliti meyakini bahwa senyawa karbon tak jenuh ini memengaruhi induksi peningkatan respirasi klimaterik.
Disamping itu, pematangan buah dapat dilakukan dengan memberikan stimulus atau rangsangan oleh etilen.
Buah yang belum matang bila disimpan bersama dengan buah matang dapat lebih cepat proses pematangannya.
Pemeliharaan Kualitas Produk Hortikultura Selama Penyimpanan Dan Pengangkutan
Buah yang telah dipanen dapat disimpan sementara dengan memberi perlakuan pasca panen guna menjaga kualitasnya.
Salah satu upaya memperpanjang daya simpan buah hortikultura adalah menempatkannya pada tempat bersuhu rendah.
Hal tersebut dikarenakan pada suhu yang rendah akan terjadi perlambatan laju reaksi enzimatik dan proses fisiologis.
Alhasil, tindakan tersebut mampu menghambat proses pematangan buah selama masa penyimpanan.
Selain itu, aktivitas mikroorganisme patogen dan laju penguapan air dalam buah dapat ditekan di suhu yang rendah.
Daya simpan di suhu rendah akan menjadi lebih optimal lagi bila disertai dengan tingkat kelembaban yang tinggi.
Kelembaban relatif produk buah hortikultura untuk penyimpanan dalam bentuk segar adalah kurang lebih 90 persen.
Selain ditempatkan di suhu rendah, dapat dilakukan upaya menurunkan kadar etilen yang terbentuk selama penyimpanan buah.
Hal ini dikarenakan gas etilen dapat mempercepat proses pematangan buah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
Contohnya dengan menyimpan buah di ruangan yang memiliki ventilasi udara yang baik untuk mencegah penumpukan etilen.
Ketika penyimpanan buah, untuk mengurangi risiko infeksi mikroorganisme dapat dilakukan pembersihan ruangan ataupun buah.
Membersihkan buah dapat dilakukan dengan mencucinya dengan larutan disinfektan seperti klorin yang cepat menguap.
Apabila ditemukan buah yang busuk maka harus segera dipisahkan dengan buah yang masih segar.
Selain itu ketika buah disimpan perlu dilakukan tindakan proteksi buah terhadap serangan cendawan.
Fumigasi merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk melindungi produk hortikultura dari cendawan.
Kesimpulan
Perkembangan teknologi telah memengaruhi teknik pemanenan produk hortikultura dari mulanya manual, menjadi semimekanik, hingga mekanik.
Setelah panen, produk hortikultura akan mengalami berbagai perubahan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Keberadaan cendawan dapat menyebabkan kerusakan pada produk hortikultura ketika proses penyimpanan, pengangkutan, dan pemasaran.
Saran
Usahakan penyimpanan produk hortikultura dilakukan dengan waktu tidak terlalu lama untuk menghindari terjadinya pembusukan.
Oleh karenanya perlu direncanakan waktu pemanenan yang matang untuk mempersingkat masa simpan sebelum dipasarkan atau dikonsumsi.
Selain itu perlu diperhatikan juga kebersihan dari produk hortikultura serta ruang penyimpanannya untuk mengurangi risiko infeksi mikroorganisme.
Post a Comment